
Detakborneopost.com, KUTAI TIMUR – Para siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Kecamatan Sangatta Utara bersama komunitas Sunyi Bermakna (SUKMA) melihat lebih dekat Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) kawasan Poros Kabo Sangatta Utara, Sabtu (17/06/2023)
Edukasi outdoor dengan mengunjungi area Pesat merupakan program Tourism Introduction For Difabel (TIFOD).
Yang mana saat berkunjung ke wilayah tersebut para siswa SLB ditemani fasilitator, 30 orang tua para siswa.
Kehadiran rombongan SLB disambut antusias olehSenior Specialist Dept Community Empowerment PT KPC, Nugroho.
Perwakilan salah satu guru SLB Negeri Sangatta Utara, Arum
Puspitaningtyas mengatakan, program TIFOD ini merupakan kolaborasi Komunitas Sunyi Bermakna dan Handi Wijaya selaku Putra Wisata Kalimantan Timur 2023.
“Alasan diambil destinasi wisata ini karena, selain letaknya di Sangatta juga cocok dijadikan wisata edukasi, dengan berbagai jenis ternak sapi perah dan unggas,” terang Arum ramah disapa.
Arum menegaskan pengenalan wisata untuk difabel bertujuan untuk mendorong kesetaraan hak berwisata untuk teman-teman disabilitas, yang selama ini sering terlupakan keberadaannya khususnya teman-teman tuli.”Untuk menikmati kegiatan berwisata teman-teman Disabilitas membutuhkan dukungan berupa sarana dan prasarana yang memadai dan ramah disabilitas,” jelas Arum sekaligus anggota komunitas kelas isyarat SUKMA.
Dirinya mengungkapkan, selama berwisata ke PESAT turut memperkenalkan beragam sarana destinasi yang ada di area sekitar melalui media penyampaian bahasa isyarat terutama bagi para siswa yang mengalami kurang pendengaran (tuli). “Melalui metode penjelasan bahasa isyarat inilah memberikan pembekalan wawasan serta pengalaman baru bagi para siswa tersebut,” ucap Arum.
Arum memaparkan adapun pusat destinasi yang turut disambangi yakni dengan mengunjungi peternakan ayam kampung. “Saar berada di peternakan ayam kampung para siswa SLB setidaknya dapat mengetahui bagaimana proses pengeraman hingga penetasan.
Selanjutnya kami melanjutkan kegiatan dengan mengunjung peternakan sapi perah,” bebernya.
Ia selaku pendidik merasa senang dapat berpartisipasi bersama para siswanya dapat mengajak tamasya ke PESAT. “Bahkan para siswa kami memberikan pangan rumput kepada sapi ternak, bahkan kami melihat proses pengolahan susu perah sapi dengan menggunakan sistem kerja modern menggunakan mesin,” imbuh Arum.
Arum berharapa kegiatan ini bisa berlanjut kedepannya dan pemerintah, stakeholder serta masyarakat dapat berkolaborasi untuk mewujudkan destinasi wisata yang memenuhi aspek inklusivitas agar dapat diakses dengan mudah dan nyaman oleh para penyandang disabilitas.”Kehadiran program ini menjadi bukti titik dimulainya pariwisata kabupaten Kutai timur yang inklusif, berkualitas dan berkelanjutan,” tutup Arum (adv/Diskominfo Staper Kutim).