DETAKBORNEOPOST.COM, BALIKPAPAN – 6 Orang Menjalani Observasi di Balikpapan.
Virus Corona atau yang biasa disebut COVID-19 menjadi pandemik, secara resmi Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 7 Tahun 2020, tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.
Menanggapi hal tersebut, Pemerintah Kota Balikpapan bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) menggelar rapat, Sabtu (14/3).
Dalam rapat tersebut, Pemkot Balikpapan menetapkan juru bicara (jubir) tim gerak cepat, yakni Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan Andi Sri Juliarty.
Wanita yang akrab disapa Dio itu menegaskan, dalam hasil Keppres tersebut menyebut agar semua daerah membuat tim gerak cepat jika ada kejadian luar biasa (KLB).
Di mana suatu daerah bisa mendapat status KLB saat terdapat satu kasus pasien positif Covid-19, contohnya Solo, Jawa Tengah.
“Tapi Balikpapan belum ada kasus, jadi belum KLB. Kami harap tidak ada juga dan kondisi selalu aman,” ungkapnya. Namun, Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi berinisiatif untuk melakukan pertemuan membahas penyusunan tim gerak cepat saat ada KLB. “Jadi, jangan tunggu ada KLB, baru mau mempersiapkan,” tuturnya.
Dalam tim gerak cepat, jubir akan melakukan urusan teknis. Sedangkan wali kota dari sisi pengambilan kebijakan.
Kemudian saat terjadi Kejadian Luar Biasa, maka perintah dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Sementara yang bertugas untuk tracking dari tenaga surveilans.
“Jika tenaga surveilans masih kurang, ada intel yang ikut membantu,” ucapnya. Ada pun kondisi terkini di Balikpapan terdapat enam orang yang menjalani observasi di rumah sakit. Di antaranya empat orang di RS Kanujoso Djatiwibowo (RSKD), satu orang di RSUD Beriman, dan satu orang lagi di RS Pertamina Balikpapan.
6 Orang Menjalani Observasi di Balikpapan
Dio menuturkan, terduga yang menjalani observasi memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri. Perusahaan menugaskan mereka melakukan perjalanan dinas dari luar negeri, bahkan dari negara terjangkit. Sehingga saat pulang ke Indonesia, mereka harus melewati observasi sesuai standar operasional prosedur (SOP).
“Sebelumnya, sudah observasi di rumah, tapi karena pasien menderita flu akhirnya dibawa ke rumah sakit,” ungkapnya. Dia menambahkan, misalnya untuk pasien yang menjalani observasi di RS Pertamina baru pulang setelah menjalani tugas ke Jepang. Pihaknya sudah mengambil sampel dahak enam orang tersebut.
Semuanya dikirim ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) di Jakarta.
Lebih dahulu sampel dahak pasien di RSKD. Sedangkan sampel dahak dua orang pasien terbaru masing-masing di RSUD Beriman dan RS Pertamina baru saja dikirim kemarin siang.
“Jadi, kita masih tunggu hasil pemeriksaan di pusat. Kita paham mereka pun pasti gelisah menunggu kepastian,” sebutnya.
Atas kejadian ini, RSKD telah menambah satu bed atau ruang isolasi untuk stand by.
Sebab, seluruh ruang isolasi yang disediakan telah penuh terisi empat orang yang kini menjalani observasi.
Dio mengimbau masyarakat agar membatasi kunjungan ke tempat yang ramai dan perjalanan ke daerah yang terjangkit.
Selanjutnya, mengurangi aktivitas bersalaman hingga melakukan pembersihan gagang pintu dengan alkohol setiap 30 menit. Seperti dicontohkan agar membuka pintu atau bersalaman cukup dengan siku.
Dia berpesan agar masyarakat tidak perlu takut ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan.
Terutama bagi mereka yang telah pulang dari luar negeri, bisa lapor ke pemerintah daerah.
“Nanti dilakukan observasi. Itu hanya memisahkan saja untuk waspada dan keamanan. Jadi jika terbukti sakit tidak menularkan,” tutupnya.