SANGATTA – Ribuan suara rebana mengalun meriah di Folder Ilham Maulana, Sangatta Utara, pada Sabtu malam (26/10/2024), dalam perayaan “Santri Kutim Bersalawat II”. Sebanyak 5.000 alat musik rebana dimainkan secara serempak dalam parade besar yang menjadi puncak peringatan Hari Santri di Kutai Timur (Kutim), menciptakan suasana religius dan mempererat persatuan di masyarakat.
Acara dibuka oleh Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretaris Kabupaten Kutim, Poniso Suryo Renggono, yang hadir mewakili Pj Bupati Kutim H M Agus Hari Kesuma. Dalam sambutannya, Poniso menegaskan komitmen pemerintah daerah untuk terus mendukung kegiatan keagamaan yang membawa manfaat bagi masyarakat Kutim.
“Pemerintah sepenuhnya mendukung kegiatan keagamaan yang bermanfaat bagi masyarakat Kutai Timur,” tegasnya.
Berbagai tokoh agama turut hadir dalam perhelatan ini, termasuk Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kutim Sismanto dan Ketua MD Muhammadiyah Kutim H Suyuti serta alim ulama. Selain itu, sejumlah perwakilan dari Forkopimda Kutim, serta Kadis Kominfo Persandian dan Statistik Kutim Ronny Bonar Hamonangan Siburian, ikut memeriahkan acara tersebut.
Selain mendapat dukungan dari pemerintah daerah, sejumlah perusahaan swasta dan organisasi Islam di Kutim juga turut berperan dalam menyukseskan acara ini, mulai dari penyediaan fasilitas hingga kontribusi untuk hadiah menarik bagi peserta dan penonton.
Sorotan utama malam itu adalah penampilan Gus Ilham Al Fatih, ulama muda asal Pasuruan yang memiliki keterbatasan penglihatan namun luar biasa dalam memimpin salawat.
Gus Ilham memimpin lantunan salawat bersama ribuan santri dan masyarakat yang hadir, menciptakan atmosfer yang sangat khusyuk. Ustaz Fatihul Jalil dari Nganjuk turut meramaikan dengan tausiyah yang menyentuh hati.
Kemegahan parade rebana juga diiringi oleh Grup Hadrah Anwarul Musthofa dari Bontang, yang tampil dengan harmoni dan kekompakan, menambah kesan meriah pada malam kegiatan ini. Rebana yang dimainkan oleh ribuan santri dan masyarakat tidak hanya menjadi hiburan, namun juga menjadi simbol kekompakan dan persatuan umat Islam di Kutim. (Adv)