
Detakborneopost.Com,SANGATTA – Belum terlihatnya pembangunan pabrik methanol yang maksimal sudah berjalan beberapa bulan ini di kawasan Kecamatan Bengalon Kabupaten kutai timur.
Ketua komisi B Hepnie Armansyah, S. TP memberikan komentar serta menekankan pentingnya percepatan pembangunan ekonomi daerah, Bahwa diketahui pabrik pertama coal to methanol di Asia Tenggara terlihat menunjukkan ketidakpastian nya dikala salah satu rekanan kerjanya Air products mengundurkan diri tidak melanjutkan proyek kerjasama, hilirisasi batu bara yang ada di Kutai timur belum lama ini saat di wawancarai Senin (12/06/2023)
Dalam per tahunnya hasil produksi dengan target kapasitas sebesar 1,8 ton methanol dari informasi disebutkan bahwa investasi industri gasifikasi batu bara itu sebanyak Rp33 triliun. Dan tahun 2024 pada kuartal IV Proyek ini ditargetkan sudah beroperasi komersial
Melihat hal tersebut, Ketua Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kutai Timur (DPRD Kutim), Hepnie Armansyah, menganggap situasi ini sebagai kesempatan yang terlewatkan untuk mendiversifikasi ekonomi lokal.
Ia menyebut bahwa keputusan tersebut terburu-buru pada konteks tertentu. “Ini, kan, bagian dari rencana pemerintah secara umum terkait hilirisasi. Memang ada ketergesaan disitu dalam memilih,” beber politikus Partai Persatuan Pembangunan
Ia mencontohkan masalah serupa seperti pertambangan lithium dengan Tesla, Inc. Ketika pemerintah sudah meyakini perusahaan otomotif dan penyimpanan energi asal Amerika Serikat itu bakal berinvestasi di Indonesia. Namun belakangan ternyata rencana bisnis tersebut tidak menemukan kepastiannya.
“Cuman memang tidak sesempurna itu artinya memang ada yang nggak kompeten mungkin,” tegasnya(adv/DPRD)